Minggu, 30 Maret 2014

Tokoh-tokoh yang saya kagumi selama kuliah di ITB.

1. Kolonel Ir. Kuntoadji, beliaulah pada saat saya masuk ITB yang menjadi Rektor ITB, karena adanya pergolakan mahasiswa di ITB, maka Presiden Soekarno merasa perlu menempatkan seorang perwira TNI AD, yang juga punya gelar akademis, beliau adalah seorang Insinyur Elektroteknik, namun resminya bertugas di Mabesad. Saat kami mengikuti Mapram ITB, beliau sedang tugas ke luar negeri, dan yang menjadi Plt Rektor adalah Prof Dr DA Tisnaamidjaya,yg sehari-harinya adalah Pembantu Rektor urusan Administrasi dan Keuangan. Setelah selesai masa jabatannya di ITB, Ir.Kuntoadji diangkat menjadi Dirut Bapindo,dan pangkat militernya telah bintang dua, Mayor Jenderal .Beliau kalau berbicara lembut sekali, sepertinya lebih menonjol jiwa pendidiknya dari pada militernya. Satu saat beliau kontrol kesehatan di RS Puri Cinere, sayapun melakukan hal yang sama, saya perkenalkan diri saya sebagai bekas mahasiswa beliau di ITB, walau kasih kuliahnya hanya sekali, Network Planning, sangat senang sekali beliau atas sikap saya itu, beliau bersama istrinya yang cantik sekali,namun sangat keibuan. Adik kandung pak Kuntoadji adalah mantan Menteri Pekerjaan Umum, Dr Ir Purnomosidi, mereka adalah keluarga terdidik !
2. Prof Dr DA.Tisnaamidjaya, beliaulah yang menjadi Plt Rektor karena Rektor ITB sedang dinas ke LN,beliau adalah guru besar Biologi ITB, orangnya necis,rambut putih semua,kulitnya juga putih, khas orang Sunda, pak Tisna terpilih melalui cara demokratis untuk dua kali jabatannya, namun jabatan kedua tidak sampai habis,karena beliau diangkat menjadi Dirjen Perguruan Tinggi, lalu menjadi Ketua LIPI,terakhir sebagai Duta Besar RI di Perancis..Kalau memberi ceramah, banyak tersenyum, sesekali keluar bahasa Sundanya, istrinya yg cantik sering mendampingi beliau kemanapun kalau bertugas.
3. Prof Dr Midian Sirait, adalah Pembantu Rektor Urusan Mahasiswa saat aku masuk ITB, kaget bercampur senang,karena ada seorang putra Tapanuli yang menjadi Pembantu Rektor. Adiknya dosen kami di jurusan Elektroteknik Prof Dr Ing KT Sirait,pernah jadi Rektor UKI, dan anggota DPR.Midian Sirait adalah Guru Besar Farmasi, kalah dalam pemilihan Rektor ITB dgn rekannya sesama Pembantu Rektor, tidak membuatnya frustrasi, malah situasi politik dia mainkan dengan cepat, dia menjadi Ketua KASI, Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia Cabang Bandung, dari situ menjadi anggota DPR fraksi Golkar, dan dikenal sebagai konseptor Golkar, lalu beberapa tahun menjadi Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan di Departemen Kesehatan. Karena Orde Baru berakhir, maka beliaupun putar haluan, menjadi Pengusaha yang sukses,punya pabrik obat.
4. Prof Ir RO Kosasih, beliaulah Rektor pertama ITB, setelah berobah dari Fakultas Teknik dan FIPIA UI menjadi Institut Teknologi Bandung. Bung Karno adalah alumni Setkolah Tinggi Teknik Bandung pada jaman Belanda, dan berobah status beberapa kali, lalu masuk UI, dan akhirnya menjadi ITB. Prof Kosasih orangnya sangat kebapaan, setelah tidak lagi menjadi Rektor, beliau kembali menjadi staf pengajar jurusan Elektroteknik ITB, dan ketemu saya,karena beliau ditugaskan menjadi Wali Kelas saya. Orangnya sangat penuh kebapaan, ada yang bisa saya bantu dik, begitu selalu sapaannya kalau saya menghadap beliau, setiap awal semester kalau sedang pendaftaran perkuliahan. Sangat familier orangnya.
5. Prof Dr Ing Iskandar Alisyahbana, punya istri dokter anak,dosen juga di Fakultas Kedokteran Unpad. Kalau kita dapat kesempatan berbicara dengan Prof Iskandar, rasanya kita sedang terbang tinggi, dunia begitu kecil baginya. Dialah penggagas Satelit Palapa, dia adalah putra Sutan Takdir Alisyahbana, Pujangga Baru, pemilik Universitas Nasional di Jakarta. Terpilih jadi Rektor ITB, setelah Prof Doddy meninggalkan jabatan Rektor,dan pindah menjadi Dirjend PT. Iskandar terpilih secara demokratis, karena pada periode keduanya Prof Doddy, dia adalah pesaingnya, namun mundur saat terakhir, dgn alasan menghormati yang lebih Senior. Pada saat dia jadi Rektor ITB lah, terjadi Gerakan Mahasiswa yang spektakuler, akhirnya dia harus dicopot dari jabatan Rektor itu, lalu untuk sementara waktu terpaksa dirangkap oleh Prof Doddy TA lagi,lalu pemerintah menunjuk Presidium,yang diketuai oleh Prof Dr Soejana Sapiie. Iskandar sangat idealis.
6.Prof Dr Soejana Sapiie, adalah pembimbing tugas akhir saya, saat itu disebut sebagai Pembimbing Skripsi. Soejana Sapiie, Samaun Samadikun bersama Iskandar Alisyahbana dan Dr Muhammadi adalah tokoh muda di Elektroteknik, merekalah Doktor-doktor Elektroteknik yang banyak membawa pembaharuan. Mahasiswa yang dibimbingnya selalu ketakutan,kalau mau menemuinya, karena akan dicecer dulu dengan beberapa pertanyaan,kalau tidak bisa,jangan harap lagi akan berkutik, banyak mahasiswa yang ganti pembimbing, namun saya tenang saja, karena merasa cocok dgn saya, nggak lama tuh tugas akhir saya, hanya beberapa kali pertemuan, konsultasi dgn pembimbing kedua Dr.Firman Tambunan, Staf Ahli Menteri PUTL, saat itu Tenaga Listrik masuk PU. Pak John, demikian dia disapa oleh kolleganya, sangat kuat ingatannya, dimanapun kita ketemu, selalu dia ingat nama kita,satu hal yang luar biasa. Pada saat situasi ITB kritis, karena demonstrasi mahasiswa, pemerintah sampai menunjuk Presidium, dgn ketuanya Dr Soejana Sapiie, dengan cantik beliau bisa mengamankan semua pihak, mahasiswa dia dekati, pemerintah dia rangkul juga, maka ITB bisa normal lagi.Setelah tidak lagi jadi Ketua Presidium ITB, beliau menjadi Penasehat Dirut IPTN,yang saat itu dijabat oleh Dr.Ing BJ,Habibie, yang kemudian hari jadi Presiden RI.
7. Prof Dr Samaun Samadikun, adalah dosen dan pakar Elektronika ITB, pembawaannya sangat bersahaja,pada hal ayahandanya adalah Gubenur Jawa Timur dijaman awal kemerdekaan. Kalau beliau berdiri di kelas,menjelaskan Elektronika, pada hal buat kami mahasiswa Arus Kuat, hanya dapat pengantar dari beliau, sangat enak mendengar penjelasan beliau, sangat menarik. Beliau sama sekali tidak ada sombongnya, pernah satu kali dia mendampingi Menteri Pertambangan dan Energi ke Surabaya, beliau ikut rombongan Menteri, karena sudah diangkat menjadi Dirjen Ketenagaan, sebelumnya beliau adalah Direktur Pembinaan Sarana Akademis di Departemen P & K. Di ITB beliau hanya pernah jadi Ketua Jurusan Elektroteknik, entah gimana caranya beliau bisa loncat ke Departemen. Nah rombongan Menteri, mampir ke Gardu Induk Waru, Substation yang paling besar di Jawa Timur, karena saya yg jadi pimpinan Waru,maka sayalah yang menerima rombongan itu, tentu saja para pejabat PLN pada ikut mendampingi Menteri. Diluar dugaan saya, beliau masih mengenal saya,pada hal hanya sekali memberi kuliah pada saya,maksudku satu mata kuliah dalam satu semester,yaitu Pengantar Elektronika,namun sering ketemu pada saat rapat dgn Tim Akademis Elektro,saya ikut sebagi Ketua Himpunan Mahasiswa Elektro. Tentu saja saya GR, karena beliau masih ingat akan mahasiswanya, satu kenangan yang indah.Setelah jadi Dirjen Ketenagaan, beliau diangkat menjadi Ketua LIPI, menggantikan Prof Doddy Tisnaamidjaya.
8. Kolonel AE Manihuruk, beliau ini sebenarnya bukan dosen ITB, tapi orang dari kampung kami Samosir yang baik hati. Saya satu kelas dgn putrinya Jenny boru Manihuruk di SMP Dua Pangururan. Saya tau akan beliau hanya dari ceritra mulut ke mulut dikampung kami Samosir. Tapi di Bandung, saya mendapat kesempatan bicara dekat dengan beliau, Amang ini bertugas di Seskoad sebagai Dosen. Yang mengagumkan saya, pernah dimuat dikoran





para Jenderal mengikuti kursus kilat di Seskoada,termasuk Mayor Jenderal Amir Mahmud, Pangdam Jaya. Saya tanya Amang ini,gimana perasaan Amang, memberi kuliah pada perwira yg pangkat nya lebih tinggi,jawab beliau santai saja, itu kan dalam ilmu tertentu saja, saya dosen, mereka siswa katanya,dikelas pangkat hilang dulu katanya,he......Amang ini sangat sabar kalau kita mengajukan pertanyaan padanya,dan sabar selalu. Tak lama setelah kursus itu, Amir Mahmud,mengangkat amang Manihuruk jadi Wakil Kepala Staf Kodam Jaya. Amir Mahmud yg jadi Mendagri,menggantikan Basuki Rahmat yang meninggal, telah menjadi Let Jend, dan amang Manihuruk menjadi Kepala Urusan Kepegawaian,dan pangkatnya menjadi Brigjen. KUP berobah menjadi Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, amang Manihuruk jadi Mayor Jenderal. Pak AE, demikian dia dipanggil oleh rekan-rekannya, adalah tokoh Golkar, dan selesai dari BAKN, sempat menjadi anggota DPR,lalu Wakil Ketua DPA,pangkatnya pun menjadi Letnan Jenderal. Nasehat beliau yang selalu saya ingat adalah Jangan pernah lupakan kampung kita,kalau bukan kita siapa lagi yang mengingatnya ? Mauliate Amang !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar